twitter
rss

Layanan Home Visit

TERAPIS WICARA HOME CARE/VISIT/TERAPI DI RUMAH

Terapi wicara merupakan terapi yang di lakukan untuk merehabilitasi ketidakmampuan fungsi bicara dan menelan agar dapat berkomunikasi dengan...

 Pada Hari Raya Idul Fitri ada tradisi memberikan hadiah atau angpao pada anak-anak yang biasa di sebut THR. Biasanya tanpa kita sadari sebagai orang tua pernah melontarkan kalimat ini pada anak :

 

"Lihat tuh ada tante datang, salim dulu sana biar dapat uang"

 

"Tante nih ponakannya mau salim. Mana nih tante THR buat ponakannya."

 

"Tante ponakannya sudah jauh-jauh datang, masa belum dikasih THR"

 

"Tante udah kerja pasti dapet THR, bagi dong keponakannya"

 

"Tante udah ngasih, masa Om nggak ngasih THR ke keponakannya"

 

"Ayo ikut halalbihalal ke rumah teman Mama. Dia orang kaya lho, kalau kamu ke sana nanti pasti dikasih uang"

 

"Nak, Paman mau pulang tuh! Kalau kamu salim nanti dikasih uang, lho" 

 

Kalimat di atas perlu dihindari keluar dari mulut orangtua sebab jika diucapkan akan membuat anak memilik jiwa untuk meminta-minta terhadap orang lain di suatu saat nanti.

Anak akan merekam ucapan dan perilaku tersebut, bisa jadi suatu saat nanti ia akan meminta-minta uang kepada orang lain.

Jadi, yuk stop mengucapkan hal-hal tersebut!  

 

Aktivitas fisik merupakan kegiatan yang penting dilakukan oleh anak-anak. Menurut penelitian, kegiatan fisik dapat meningkatkan kecerdasan pada anak. Selain itu, kegiatan fisik yang dilakukan dapat meningkatkan fungsi kognitifnya antara lain meningkatkan daya ingat anak, fokus dan perhatian, serta kemampuan anak untuk menerima informasi dan memecahkan masalah. Lebih lanjut lagi, anak-anak yang aktif dalam kegiatan fisik menunjukkan sikap yang baik di dalam kelas, lebih konsentrasi dan berpartisipasi, termasuk dalam hal belajar.

Anak usia sekolah disarankan untuk melakukan aktivitas fisik satu hingga dua jam sehari. Jenis kegiatan fisik yang dilakukan tidak harus olahraga, bermain bersama teman sambil berlarian juga dapat dikatakan kegiatan fisik. Hal ini juga akan memberikan manfaat terhadap kesehatannya berupa baik untuk kesehatan jantung, terhindar dari obesitas anak, serta bermanfaat bagi kesehatan anak.

Inilah Aktivitas Fisik yang Bisa Dilakukan Sesuai Usia Anak

Selain untuk mengisi libur panjang di akhir pekan, aktivitas fisik menjadi kegiatan yang memiliki banyak manfaat bagi anak. Aktivitas fisik merupakan kegiatan apapun yang dapat melibatkan pergerakan tubuh pada anak. Mulai dari kegiatan sehari-hari, permainan aktif yang melibatkan fisik, hingga berolahraga. 

Rutin melakukan aktivitas fisik membuat imun tubuh anak semakin membaik. Tidak hanya itu, kegiatan ini dapat membantu mengoptimalkan kesehatan mental anak, menjaga kesehatan otak, menambah kekuatan tubuh, serta membantu tumbuh kembang anak menjadi lebih baik.

Berikut adalah aktivitas fisik yang bisa dilakukan sesuai dengan usia anak.

1.Usia 3–5 Tahun

Disarankan pada usia 3–5 tahun anak-anak harus memiliki aktivitas fisik yang cukup setiap harinya. Aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin dapat membantu anak untuk memperkuat tulang dan tubuh serta mempertahankan berat badan yang sehat sejak dini. Tidak hanya aktivitas untuk bergerak, anak-anak usia balita membutuhkan gerakan yang beragam agar kegiatan ini menjadi menyenangkan. 

Di usia ini, ibu bisa mengajak anak untuk meniru berbagai gerakan dari hewan-hewan yang disukai anak, menari dengan lagu kesukaan, atau mengajak anak untuk bermain di halaman rumah sambil mengenal tanaman yang ada.

2.Usia 6–8 Tahun

Pada usia ini, perkembangan anak semakin optimal sehingga ibu sudah bisa mengajak anak untuk bermain lempar tangkap bola di halaman rumah. Tidak hanya itu, ibu juga bisa mulai mengajak anak untuk melakukan olahraga ringan, seperti senam atau yoga yang bisa dilakukan oleh anak-anak. Pastikan anak-anak melakukan gerakan senam atau yoga sesuai dengan usianya agar terhindar dari cedera. 

3.Usia 9–11 Tahun

Di usia ini, ibu bisa mengajak anak untuk melakukan berbagai aktivitas fisik dengan intensitas yang lebih tinggi dibandingkan usia lain. Ibu bisa mulai mengajak anak untuk berolahraga secara rutin, misalnya dengan berjalan mengitari rumah, bermain sepeda statis, atau melakukan olahraga lompat tali.

Itulah beberapa kegiatan aktivitas fisik yang bisa ibu lakukan di rumah bersama anak. Jika anak kurang menyukai aktivitas olahraga, ibu bisa mengajak anak untuk melakukan kegiatan rumahan. Berbagai kegiatan rumahan yang bisa dilakukan anak, seperti menyapu halaman, membereskan mainan, membantu orangtua mencuci kendaraan, hingga berkebun. Ibu bisa rutin melakukan kegiatan ini selama 1–3 jam setiap harinya bersama anak-anak.


kunjungi dan follow

IG @tcanakpelangi

FB @Anakpelangi

 

Membangun hubungan yang kuat adalah aspek penting dari kesejahteraan keluarga. Memperlakukan anak dengan baik dan hormat akan membantunya memiliki hubungan yang sehat hingga mereka dewasa nanti. Ikatan kuat tersebut membuat anak merasa aman dan nyaman. Dan ketika menghadapi masalah, anak akan merasa bebas untuk bercerita dan meminta saran kepada orang tuanya. Bonding dengan anak dapat dimulai sejak ia lahir dan diperkuat seiring berjalannya waktu.

Berikut beberapa tips bonding dengan anak:

1. Luangkan waktu untuk skin to skin touch pada anak.

2. Perhatikan waktu berkualitas Vs kuantitas waktu.

3. Jadikan waktu cerita sebagai aktivitas setiap hari.

4. Jangan lewatkan makan bersama.

5. Manfaatkan akhir pekan dengan baik.

Terapi Sensori Integrasi umumnya dilakukan dengan pola permainan, namun bukan permainan sembarangan, karena di dalam permainan tersebut terdapat trik-trik khusus untuk melatih anak yang berguna untuk meningkatkan daya kepekaan pada anak. Dalam Terapi Sensori Integrasi terdapat banyak metode di setiap permainan yang berguna dalam pembentukan karakter anak. 


Sebelum orang-orang mengenal apa itu Terapi Sensori Integrasi, banyak orang tua yang membawa anaknya ke Klinik Tumbuh Kembang Anak atau Pusat Terapi untuk memberikan terapi mengeluh dan memprotes tentang metode yang diberikan para Terapis kepada anaknya, karena orang tua menganggap bahwa anak-anak mereka hanya diajak bermain saja, padahal kenyataannya memang seperti itulah cara Terapis memberikan Terapi Sensori Integrasi yang mana di dalam permainan yang diberikan terdapat banyak metode untuk meningkatkan konsentrasi dan kepekaan anak.


Contoh permainan yang seringkali diberikan Terapis antara lain: mencocokan gambar puzzle, berjalan di atas garis atau balok titian dan menyamakan warna. Permainan tersebut berguna untuk melatih daya konsentrasi anak, penglihatan anak dan motorik pada anak. Orang Tua tidak perlu merasa cemas dengan proses terapi yang diberikan oleh Terapis, karena memang seperti itu metode yang dapat diterapkan pada anak untuk melatih tingkat kepekaannya. Berbagai jenis gangguan termasuk gangguan Sensori Integrasi apabila diatasi sejak dini maka dampak positifnya pada anak akan semakin cepat dan hasilnya semakin maksimal.

.

Konsultasikan masalah tumbuh kembang anak di Therapy Center Anak Pelangi.

More info 081288750162

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

💗Like 🔄Share 💬Komen 💾Save

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

.#therapycenteranakpelangi #artikelanakpelangi #pusattumbuhkembanganak #pusattumbuhkembanganakbsd #kliniktumbuhkembang #tempatterapi #terapiwicarabsd #fisioterapi #okupasiterapi #sensoryintegrationtherapy #centratumbuhkembanganak #autism #telatbicara #delayspeech #gangguanbahasa #gangguanbicara #psikolog #parenting #tipsparenting #autism #specialneeds #anakberkebutuhankhusus #parentingforkids #lamaterapiwicara #prosesterapi #tcanakpelangi #programterapi

1. Puzzle

2. Flash Card

3. Mainan untuk motorik halus seperti Meronce, Menjahit, Memotong

4. Bola, trampolin

Bermain puzzle akan membuat si kecil lebih mudah fokus dan terbiasa berpikir secara sistematis. Menyusun kepingan-kepingan puzzle bikin si kecil yang terbiasa aktif bergerak jadi lebih tenang. Anda bisa memulainya dengan memberikan puzzle dengan warna-warna menarik yang ukuran kepingannya besar. Kalau buah hati Anda terlihat menikmati permainan ini, Anda bisa memberikan puzzle yang lebih kecil dan kompleks.

Permainan seperti flash card, kartu, dan board games efektif untuk membantu meningkatkan kemampuan komunikasi anak. Dalam sekali main, permainan kartu atau board games akan menstimulasi kemampuan komunikasi, menambah perbendaharaan kata, mengasah kemampuan berpikir logis, dan mengatur strategi agar bisa memenangkan permainan.

Tangan-tangan mungilnya perlu distimulasi dengan mainan edukasi, contohnya mainan alat jahit berupa papan jahit, meronce, memotong buah atau makanan, modeling compound, pasir kinetik, dan slime. Kegiatan yang melatih motorik halus anak akan membantu memperkuat otot tangan yang berguna pula untuk melatih cara anak memegang pensil.

Bermain bola, ayunan atau trampolin bisa mengasah kemampuan motorik kasar, keseimbangan, dan juga melatih fokus konsentrasi anak. Seperti lempar tangkap bola, tendang bola atau lompat ditrampolin.



☑️Pada usia 1-1.5 th anak akan menggenggam alat tulis dengan cara mengepal atau membungkus pensil atau krayon (Tahap Cylindrical Grasp).

.
☑️Pada usia 2-3 th anak akan memegang pensil dari bagian atas (Tahap Digital Grasp).
.
☑️Pada usia 3.5-4 th anak akan memegang dengan banyak jari di bagian tengah pensil (Tahap Modified Tripod Grasp).
.
☑️Pada usia 4.5-7 th anak akhirnya bisa memegang dengan posisi tripod (Tahap Tripod Grasp).
.
☑️Posisi tripod adalah posisi di mana jempol, telunjuk, dan jari tengah membentuk segitiga, dengan jari manis dan kelingking menopang jari tengah. Pensil harus diposisikan di antara tiga jari kuncinya, yaitu alas jempol, sisi jari tengah, dan ujung jari telunjuk sehingga ada tekanan yang sama dari ketiga jari.
.
Konsultasikan masalah tumbuh kembang anak di Therapy Center Anak Pelangi.
More info 081288750162
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
💗Like 🔄Share 💬Komen 💾Save