twitter
rss



Anak tantrum di tempat umum? Aduuh.... gimana nih cara mengatasinya?

Namanya juga balita, sifat egosentrisnya masih sangat mendominasi. Jika keinginannya tidak dituruti maka cara komunikasinya adalah dengan menangis, berteriak, atau dengan bahasa tubuh seperti meronta-ronta, guling-gulingan dilantai (biasa di sebut tantrum) dan lain sebagainya. Perilaku emosi yang kurang terkendali ini jika terjadi di tempat umum memang sangat memalukan kita sebagai orangtua, tentunya kita takut jika orang di sekeliling kita beranggapan negatif. Jika hal ini terjadi, tindakan apa yang harus dilakukan? Berikut ini langkah-langkahnya :

1.    Bersikaplah tenang saat menghadapai anak. Karena jika orangtua panik maka sikap anak akan menjadi-jadi, serta kita pun akan menjadi pusat perhatian selain si anak. Jika kita tidak dapat bersikap tenang maka menjauhlah dari anak namun si anak tetap dalam pantauan.
2.    Berikan pelukan. Biasanya emosi yang meledak ledak akan sedikit reda jika adanya sentuhan atau pelukan. Namun jika anak sudah besar dan tidak suka dipeluk maka jangan lakukan karena hanya akan menambah emosinya.
3.    Berikan pengertian pada anak tentang kondisinya yang mengundang perhatian orang lain dengan nada dan suara yang datar namun tegas.
4.    Alihkan perhatiannya dengan memberikan mainan atau buku kesayangannya biasanya pada usia balita hal ini dapat dilakukan karena konsentrasi perhatiannya yang singkat dan mudah di bujuk.
5.    Buatlah hal yang lucu namun tidak mentertawakan si anak, karena jika si anak menganggap tidak lucu hanya akan memancing amarahnya yang berlebih dan segera hentikan tindakan ini.
6.    Acuhkan prilaku anak yang sedang emosi. Biasanya jika kita tidak merespon prilaku negatif emosinya, si anak akan menyerah dengan amukannya karena apapun yang anak lakukan ia tetap tidak mendapatkan apa-apa dari kita.
7.    Berikan waktu untuk si anak menenangkan dirinya.
8.    Ajak si anak ke tempat lain saat emosinya belum reda, seperti kembali ke mobil atau tempat yang sepi dan biarkan si anak meredakan emosi dengan sendirinya.
9.    Konsisten. Bersikaplah konsisten terhadap hal yang telah kita lakukan. Jangan mudah mengubah sikap “TIDAK” menjadi “YA” atau sebaliknya.
10.                       Buatlah Perjanjian pada anak jika ingin berpergian untuk mencegah terjadinya emosi si anak yang negatif ditempat umum. Misal jelaskan pada si anak bahwa kita akan pergi ke tempat “A” buat perturannya jika si anak tidak boleh melakukan a,b,c akan mendapatkan reward “X”, namun jika ternyata si anak melakukan hal yang tidak boleh tadi maka berikan konsekuensinya misal dengan pulang kerumah dan si anak tidak mendapat rewardnya. Lakukan secara konsisten dan kompak antara anggota keluarga lainnya.

(amel/TCAP/VII/15)



PERLU GAK SIIH..
ANAK USIA DINI MEMPUNYAI HANDPHONE ???
Kecanggihan teknologi saat ini bukan hanya menyerang orang dewasa, namun anak anak juga terkena imbasnya. Salah satunya perkembangan gadget yang kian hari makin canggih. Hal yang paling membingungkan adalah ketika si kecil yang masih berusia 5 tahun merengek meminta dibelikan handphone. Apakah sudah layak mereka yang masih di usia dini mempunyai handphone? Usia berapakah yang tepat untuk si anak mempunyai handphone? Menurut Psychotherapist dan penulis buku The Self Aware Parent, Frand Walfish, Psy.D. mengatakan, usia minimal anak memiliki handphone adalah 10, namun idealnya adalah 12 atau 13 tahun.
Berikut beberapa hal yang perlu kita ketahui sebagai orangtua dalam mempertimbangkan kepemilikan handphone bagi anak-anak menurut Sharon Silver, pendiri dari Proactive Parenting, mengatakan pada Yahoo Parenting, adalah :

1. Apakah anak Anda benar-benar membutuhkan? 
Pertimbangkanlah kembali hal-hal seperti jika usia anak masih sering didampingi oleh orang dewasa, atau anak yang tidak menghabiskan banyak waktu selain di sekolah atau di rumah. "Cobalah bertanya pada diri Anda sendiri. Apakah anak membutuhkan handphone, atau justru anak hanya butuh menggunakan handphone? Kalau hanya butuh menggunakan handphone, ia bisa meminjamnya pada Anda sebagai orangtua dan mengembalikan jika sudah selesai," ujar Silver.

2. Apakah teman-temannya banyak yang sudah memiliki handphone? 
"Anda pasti tak ingin anak Anda jadi satu-satunya yang tak memiliki handphone dan merasa berbeda dengan temannya," ujar Silver. Di saat yang sama, Anda merasa anak Anda masih terlalu kecil untuk memiliki handphone. Cobalah pertimbangkan kembali dengan melihat suasana pergaulan anak Anda.

3. Apakah anak akan setuju bila diberi peraturan menggunakan hadphone?
Banyak orangtua yang memberlakukan peraturan agar anak dapat membagi waktu antara pekerjaan rumah, dan waktu bersama Anda sebagai orangtua. Namun, jika anak susah diatur, dan kehadiran handphone malah menjadi bahan perdebatan dengan orang tua, pikirkan kembali keputusan untuk memberi handphone pada anak.

4. Apakah handphone yang Anda beri akan awet? 
Menurut Silver, anak-anak seringkali lupa dan menghilangkan barang pribadinya. Ini adalah tanda anak belum siap mengemban tanggung jawab. Jika hilang, berapa kali Anda harus mengganti handphone mereka? 

Pikirkan kembali untuk memberikan handphone pada anak di usia mereka yang masih terbilang muda. Banyak siasat yang bisa Anda kerahkan, salah satunya adalah menjelaskan secara baik-baik akan batas usia kapan anak bisa memiliki handphone sebagai barang pribadi mereka beserta alasan yang masuk akal. 

Sumber : Yahoo.com – Kompas.com
TCAP/VII/2015