twitter
rss



PERILAKU  BURUK PADA ANAK
Perilaku agresif lazim ditemui pd anak usia balita. Namun jika perilaku tsb masih bertahan sampai usia TK / SD, ortu perlu waspada. Jika perilaku buruk pd anak masih bertahan sampai ia bersekolah TK/SD, bisa jadi ada yg salah dgn pola asuhnya.
Para peneliti dari Universitas of Minnesota, Amerika Serikat, menyebutkan pada umumnya pembawaan bayi adalah tenang. Tetapi pd satu masa di awal usia balita, anak bisa punya kebiasaan suka memukul, & mcapai puncaknya saat balita berusia 2,5 thn, kemudian mereda.
Pd kenyataannya ada anak2 yg berperilaku sulit diatur. Ada sebagian anak yg tetap berperilaku agresif sampai ia berusia 6 thn. Menurut Michael Lorber, si peneliti, anak yg masih bersikap agresif di usia TK/kls 1 SD berpotensi besar membawa sikap itu sampai besar. Literatur menyatakan anak yg agresif, suka memukul/ melempar benda saat tantrum, cenderung bermasalah di sekolah, beresiko tinggi depresi. Dalam penelitian yang dilakukan Lorber terhadap 267 ibu dan anak, diketahui bayi usia 3 bulan pun sudah bisa meniru. Jika sejak bayi si ibu bersikap kurang sabar/ suka mengomel, besar kemungkinan bayinya akan tumbuh menjadi anak berperilaku buruk.
Sikap agresif anak juga bisa timbul dari pengaruh sekelilingnya, spt tayangan televisi /video games. Karena itu, orangtua harus memberi contoh perilaku yang baik pada anak2nya. Mulailah sedini mungkin dan dari hal yg sederhana. Menurut Lorber, menjadi orangtua yang sensitif dan merespon kebutuhan sosial dan emosional anak sangatlah penting. Daripada menghukum anak krn perilaku buruk, yuk kita perbaiki perilaku sbg ortu dan mencontohkan yg baik2 kpd anak kita.
Sekian dulu ya pembahasan perilaku buruk pada anak. Semoga bermanfaat buat semua.
(twitter @tentanganak -TCAP/V/14). Baca artikel kami yang lainnya di www.anak-pelangi-centre.blogspot.com.




Komputer tablet seperti iPad kini telah menjadi salah satu "mainan" yang digemari anak. Meski cukup banyak aplikasi permainan edukatif di dalamnya, namun bagaimana sebenarnya pengaruh iPad dan gadget serupa lainnya terhadap tumbuh kembang anak?

Komputer tablet belum banyak dipakai tiga tahun lalu, sehingga belum ada data yang kuat mengenai efek gadget tersebut terhadap perkembangan anak.

Tim peneliti dari Barnard College, Center for Toddler Development, melakukan penelitian terhadap beberapa balita. Mereka menyimpulkan bahwa kebanyakan anak yang terlalu asyik dengan "mainannya" tidak dapat merespon panggilan tim peneliti.

Para peneliti mencatat, ketika iPad diambil, para balita tersebut berubah menjadi lebih verbal, mau bersosialisasi dengan temannya, dan lebih kreatif.

Tovah Klein, pakar bidang perkembangan anak, mengatakan bahwa anak-anak menjadi lebih aktif ketika mereka sedang tidak bermain iPad. "Kosa kata mereka bertambah dan mereka mau berbicara satu sama lain," katanya.

Seperti halnya otot, imajinasi anak juga perlu dilatih sehingga kreativitas mereka berkembang. Anak-anak perlu didorong untuk lebih banyak bermain di dunia nyata.

Klein menambahkan, jika orangtua terbiasa menggunakan iPad, smartphone, atau gadget lainnya untuk menenangkan anak, maka anak menjadi tidak bisa belajar bagaimana menenangkan diri sendiri secara alamiah. Dengan kata lain, anak jadi tak bisa belajar mengendalikan dirinya dari tantrum.

Penelitian sendiri menunjukkan menonton, baik TV atau komputer tablet, tidak banyak berpengaruh pada penglihatan anak. Tetapi pengaruh terbesarnya lebih pada perilaku. Karena itu para ahli dari American Academy of Pediatrics menyarankan agar orangtua membatasi waktu menonton "pasif" bagi anaknya.
Sebagai orangtua Anda bisa memberikan batasan sehingga seluruh perhatian anak tidak tersedot oleh gadget. Berperan aktiflah saat anak asyik dengan gadget-nya. Jangan biarkan anak "diasuh" oleh peralatan elektronik.
(kompas.com/TCAP/V/14). Baca artikel kami yang lainnya di www.anak-pelangi-centre.blogspot.com.