twitter
rss


                JENIS TERAPI DAN PENGERTIANNYA
1.    Okupasi terapi
Okupasi Terapi adalah terapi untuk membantu seseorang menguasai keterampilan motorik halus dengan lebih baik. Keterampilan motorik halus adalah kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu dengan otot-otot kecil yang ada di dalam tangan. Okupasi Terapis adalah orang yang telah menyelesaikan pendidikan professional Okupasi Terapi (Diploma III – Ahli Madya OT) dan mempunyai wewenang menjalankan praktek profesi sesuai peraturan yang berlaku.
Contoh kemampuan motorik halus :
·         menulis dan menggambar
·         mewarnai
·         menggunting dan menempel
·         mengancing baju
·         mengikat tali sepatu
·         melipat
·         dll
Siapa yang membutuhkan terapi okupasi?
·         anak-anak yang mengalami keterlambatan keterampilan motorik halus. Ini merupakan salah satu hambatan tumbuh kembang yang bisa dialami anak secara umum.
·         anak-anak dengan hambatan tumbuh kembang khusus (autisma, down syndrome, cerebral palsy)
·         pasien stroke terkadang kehilangan kemampuan motorik halus, dan terapi okupasi bisa membantu pasien melatih tangannya lagi




 
2.    Terapi wicara (speech therapy)
Terapi wicara adalah terapi untuk membantu seseorang menguasai komunikasi bicara dengan lebih baik. Terapis Wicara adalah orang yang telah menyelesaikan pendidikan professional Terapi Wicara (Diploma III – Ahli Madya TW) dan mempunyai wewenang menjalankan praktek profesi sesuai peraturan yang berlaku.
Terapi ini biasa diberikan kepada:
·         anak-anak yang mengalami keterlambatan bicara (speech delay). Ini merupakan salah satu hambatan tumbuh kembang yang paling umum dialami anak, di mana seorang anak masih belum mencapai kemampuan bicara yang semestinya sudah dikuasai pada usia tertentu. Tentu sebab dari keadaan ini bisa bermacam-macam, dan harus melalui proses 'screening' untuk bisa mengevaluasi sebab dan solusinya.
·         anak-anak dan orang dewasa yang baru selesai menjalani operasi celah bibir (cleft lip/sumbing) dan celah langit-langit (cleft palate). Dengan perubahan anatomi sistem bicara, pasien post operasi celah bibir dan langit-langit sangat penting untuk menjalani terapi wicara untuk mendapatkan hasil yang optimal dari operasi tersebut.
·         anak-anak dengan hambatan tumbuh kembang khusus (autisma, down syndrome, tuna rungu, cerebral palsy)
·         anak-anak/orang dewasa yang mengalami gangguan bicara lainnya : gagap (stuttering), cadel, dll.
·         pasien stroke terkadang kehilangan kemampuan bicara, dan terapi wicara bisa membantu pasien melatih kemampuan bicaranya lagi

3.    Terapi Sensori Integrasi
Terapi Sensori Integrasi adalah terapi yang diberikan kepada anak yang mengalami disfungsi SI. Disfungsi SI menunjukkan ketidakmampuan tubuh untuk menangkap dan menggunakan informasi yang diterima oleh panca indera secara benar. Anak dengan disfungsi SI mempunyai kesulitan mengolah infomasi yang diterima panca inderanya untuk melaksanakan tugas sehari-hari, misalnya memakai baju, makan, atau bermain. Mereka juga mungkin bisa mengalami kesulitan dalam beberapa aktivitas dan situasi social. Proses terapi untuk Disfungsi SI dilakukan oleh Okupasi Terapis (OT) atau Fisioterapi (FT) yang mempunyai spesialisasi di bidang SI.
Ciri-ciri umum Disfungsi SI meliputi :
1. Terlalu responsif atau terlalu tidak responsif terhadap rangsangan indera (misalnya, tidak bisa mentolerir adanya tag (lembaran tanda merk) pada baju, atau mempunyai ambang batas rasa sakit yang tidak biasa)
2. Tingkat aktivitas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah (lebih dari biasa)
3. Bergerak terus-menerus atau terlalu cepat merasa capek
4. Kesulitan dengan gerakan otot yang memerlukan ketelitian (menggunting dengan gunting) dan/atau gerakan otot yang memerlukan rencana (melempar bola)
5. Masalah mengendalikan diri (misalnya kesulitan menenangkan diri setelah melakukan suatu aktivitas)
6. Kesulitan mengubah aktivitas-aktivitas
7. Koordinasi mata-tangan kurang
Bagaimana SI berpengaruh terhadap Terapi Wicara dan Bahasa?
Masalah bicara dan bahasa sering muncul pada anak dengan Disfungsi SI. Terapis Wicara (TW) memegang peranan penting pada terapi. Terapis Wicara sering memadukan aktivitas sensori ke dalam terapi untuk merangsang produksi bahasa pada anak. Aktivitas seperti meniup peluit, berayun, dan meloncat-loncat dengan bola therapeutic memacu produksi bahasa secara spontan. Terapis Wicara dan Okupasi Terapis bekerja bersama untuk memutuskan pendekatan terapi yang paling sesuai bagi anak dengan Disfungsi SI.

4.    Fisioterapi
Fisio terapi adalah terapi yang dilakukan untuk membantu anak mengembangkan kemampuan motorik kasar (gross motor skill). Kemampuan motorik kasar meliputi otot-otot besar pada seluruh tubuh yang memungkinkan tubuh melakukan fungsi berjalan, melompat, jongkok, lari, menendang, duduk tegak, mengangkat, dan melempar bola. Fisioterapis adalah orang yang telah menyelesaikan pendidikan professional Fisioterapi (Diploma III / IV – Ahli Madya FT / Sst. FT) dan mempunyai wewenang menjalankan praktek profesi sesuai peraturan yang berlaku.
Kemampuan motorik kasar sangat penting karena membuat tubuh bisa melakukan aktivitasnya, menjaga keseimbangan, koordinasi, dan lain-lain. Kemampuan motorik kasar juga sangat berhubungan dengan fungsi fisik lainnya. Contohnya, kemampuan anak untuk menopang tubuh bagian atasnya akan berpengaruh pada kemampuannya menulis (motorik halus, fine motor skill).

5.    Orthopedagog
Orthopedagog adalah terapi untuk mengatasi kesulitan belajar khusus pada anak. Kesulitan-kesulitan ini umum terjadi pada anak-anak usia sekolah dan bisa dideteksi oleh orang tua atau guru, ketika anak menunjukkan beberapa gejala tertentu.Terapis Orthopedagog adalah orang yang telah menyelesaikan pendidikan professional Pendidikan Luar Biasa (Sarjana pendidikan)  dan mempunyai wewenang menjalankan praktek profesi sesuai peraturan yang berlaku.
Semua kesulitan belajar khusus ini bisa terjadi apa setiap anak, tidak tergantung pada kondisi fisik maupun intelektual (IQ). Sebab terjadinya kesulitan belajar ini bisa bermacam-macam, termasuk koordinasi pada otak, saraf, motorik halus, dll.

6.    Behavior Therapy (Terapi Perilaku)
Terapi perilaku dilakukan oleh seorang Behavior Therapist. Biasanya terapi perilaku ini akan disarankan oleh dokter/psikolog Anda jika anak dievaluasi mengalami ADD (Attention Defisit Disorder) atau ADHD (Attention Defisit Hyperactivity Disorder).
ADD/ADHD adalah suatu kondisi pada otak secara biologik, yang menyebabkan seseorang tidak bisa memperhatikan/berkonsentrasi, gampang berpindah perhatian, atau mempunyai perilaku yang impulsif/hiperaktif. Ini juga termasuk salah satu dari hambatan tumbuh kembang anak yang paling umum. Gejala ini bisa berlanjut hingga remaja dan dewasa. Jika tidak diterapi, ADHD bisa menyebabkan performa sekolah/kerja yang jelek, relasi sosial yang jelek, dan rasa rendah diri pada umumnya.
Ada banyak metode terapi yang bisa diterapkan dan keefektifannya berbeda untuk tiap anak/orang. Terapi harus disesuaikan dengan kebutuhan anak, lingkungan keluarga, medik, dan latar belakang anak). Konseling, pendidikan, dan terapi perilaku digabungkan dengan perawatan medik bisa menghasilkan hasil yang baik.

DETEKSI  DINI  AUTISME
Anak-anak penyandang spektrum autisme biasanya memperlihatkan setidaknya setengah dari daftar tanda-tanda yang disebutkan di bawah ini. Gejala-gejala autisme dapat berkisar dari ringan hingga berat dan intensitasnya berbeda antara masing-masing individu.
Hubungi profesional yang ahli dalam perkembangan anak dan mendalami bidang autisme, jika anda mencurigai anak anda memperlihatkan setidaknya separuh dari gejala-gejala ini :
 Sulit bersosialisasi dengan anak-anak lainnya
 
 Tertawa atau tergelak tidak pada tempatnya
 
 Tidak pernah atau jarang sekali kontak mata
 Tidak peka terhadap rasa sakit
 Lebih suka menyendiri; sifatnya agak menjauhkan diri.
 Suka benda-benda yang berputar / memutarkan benda
 Ketertarikan pada satu benda secara berlebihan
 Hiperaktif/melakukan kegiatan fisik secara berlebihan atau
 malah tidak melakukan apapun (terlalu pendiam)
 Kesulitan dalam mengutarakan kebutuhannya; suka
 menggunakan isyarat atau menunjuk dengan tangan
 daripada kata-kata
 
 Menuntut hal yang sama; menentang perubahan atas hal-hal yang
 bersifat rutin
 Tidak peduli bahaya
 Menekuni permainan dengan cara aneh dalam waktu lama
 Echolalia (mengulangi kata atau kalimat, tidak berbahasa biasa)
 Tidak suka dipeluk (disayang) atau menyayangi
 Tidak tanggap terhadap isyarat kata-kata; bersikap seperti orang tuli
Tidak berminat terhadap metode pengajaran yang biasa
 Tentrums – suka mengamuk/memperlihatkan kesedihan tanpa alasan yang jelas
 Kecakapan motorik kasar/motorik halus yang seimbang (seperti tidak mau menendang bola namun dapat menumpuk balok-balok)

Catatan : Daftar di atas bukan pengganti diagnosa. Hubungi profesional yang ahli untuk memperoleh diagnosa lengkap












                               






























Jangan pernah mamaksakan anak untuk belajar membaca pada usia dini (di bawah 5 th),jika si anak tidak siap kelak ia akan menjadi orang yg malas membaca. Fakta terbaru menunjukkan bahwa anak yang diajarkan membaca (secara formal) pada usia dini, kemampuan membacanya tidak terlalu berbeda dibandingkan anak yang belajar membaca pada usia setelah lima tahun. Hal ini bisa dilihat ketika keduanya sudah berusia 7 tahun.