twitter
rss

Layanan Home Visit

TERAPIS WICARA HOME CARE/VISIT/TERAPI DI RUMAH

Terapi wicara merupakan terapi yang di lakukan untuk merehabilitasi ketidakmampuan fungsi bicara dan menelan agar dapat berkomunikasi dengan...



Pentingnya Bermain bebas pada anak
Dunia anak adalah dunia bermain. Tetapi masih banyak orangtua yang menilai bermain sebagai pemborosan waktu. Akibatnya permainan anak selalu disisipkan kegiatan "belajar" sehingga jauh dari menyenangkan.

Para pakar bermain sudah menegaskan pentingnya bermain secara bebas bagi anak. Kegiatan itu antara lain penting untuk membangun kemampuan mengambil keputusan berimajinasi, meningkatkan kebugaran, mengembangkan otak, serta melatih koordinasi dan bekerja sama.

Dalam sebuah survei yang dilakukan di Amerika Serikat diketahui waktu bebas anak telah berkurang lebih dari 7 jam setiap minggu di tahun 1981 dan 1997, menjadi hanya 2 jam per minggu di tahun 1997 sampai 2003.

Penelitian di Inggris yang dimuat dalam situs playday.org.uk juga menunjukkan dalam 20 tahun terakhir terjadi penurunan waktu bermain sampai 25 persen. Sementara itu kegiatan bermain di luar ruang juga turun sampai 50 persen.

Penurunan aktivitas luar ruang itu terjadi karena berbagai faktor, antara lain karena keterbatasan ruang bermain, ketergantungan pada orang dewasa yang membawa mereka bermain ke taman, atau karena minat anak-anak saat ini beralih ke gadget atau video games.

Pada anak yang lebih besar, waktu bebas mereka kebanyakan dihabiskan untuk mengerjakan tugas sekolah. Sementara pada anak perempuan yang lebih besar mereka juga memiliki tugas membersihkan rumah atau mengasuh adiknya.

Pada tahun 2006 diketahui 87 persen anak di negara maju memiliki komputer di rumah, 62 persen memiliki televisi digital, dan 82 persen memiliki konsol permainan elektronik.

Bermain adalah bagian dari budaya yang berkembang seiring peradaban manusia. Itu sebabnya, sewaktu masyarakat menjadi modern, begitu pula dengan permainan yang ikut menjadi canggih.

Sebagian ahli berpendapat teknologi modern akan meningkatkan kemampuan anak sehingga mereka lebih melek teknologi. Tetapi pihak yang kontra menilai penggunaan teknologi pada anak membuat mereka kurang aktif. Mereka juga menjadi kurang kreatif dan berimajinasi.

Gaya hidup kurang bergerak pada anak-anak juga meningkatkan risiko kegemukan. Pada anak-anak, risiko obesitas lebih berbahaya karena mereka masih dalam usia pertumbuhan.

Gerakan untuk kembali kepada permainan tradisional, seperti galasin, petak umpet, loncat tali, atau permainan olahraga, kini makin gencar dilakukan di berbagai kota besar. Permainan fisik dianggap lebih mampu merangsang perkembangan otot-otot sehingga pertumbuhan lebih optimal.

Gerak motorik kasar yang dilakukan di usia pertumbuhan ini sangat banyak manfaatnya, antara lain membuat tubuh lebih lentur, otot dan tulang semakin kuat, serta menjaga kebugaran.
(kompas.com -TCAP/VI/14). Baca artikel kami yang lainnya di www.anak-pelangi-centre.blogspot.com.




Jangan Bingung Dengan Istilah Autisme, Autistik, PDD, PDD-NOS, dlsb
Hal yang mungkin membingungkan orangtua dalam diagnosis atau istilah, yaitu Autisme, Autistik, Autisme Infantil, PDD (Pervasive Developmental Disorder), PDD-NOS (Not Otherwise Specified), Atypical Autism, Asperger, ASD (Autistic Spectrum Disorder), MSDD (Multi System Developmental Disorder), dlsb.
Anak dikatakan autisme jika memenuhi kriteria yang ada dalam DSM-IV/TR. Autistik adalah anak memperlihatkan tanda/gejala seperti yang terlihat pada autisme. Autisme infantil adalah istilah dulu yang sekarang seharusnya sudah tidak digunakan lagi.
PDD adalah sekumpulan masalah autistik/gangguan perkembangan yang terdiri dari 5 keadaan yang diperkenalkan pada tahun 1980 oleh APA (American Pediatric Association). Kelima kumpulan tersebut terdiri dari Autisme, Asperger Syndrome, Rett’s Syndrome, CDD (Childhood Disintegrative Disorder), dan PDD-NOS.
Jadi istilah PDD sebenarnya bukan suatu diagnosis, ini hanya istilah untuk sekumpulan diagnosis, hal ini terutama digunakan oleh seorang dokter yang ragu untuk mengatakan seorang anak/batita yang sangat muda dengan hal yang lebih spesifik yaitu autisme.
Istilah PDD-NOS digunakan jika seorang anak menunjukkan beberapa tanda/gejala autistik namun tidak memenuhi seluruh kriteria yang ada untuk dikatakan sebagai autisme ataupun bentuk PDD yang lainnya.
Istilah PDD-NOS juga kadang merujuk pada istilah APD (Atypical Personality Development), APDD (Atypical PDD), atau Atypical Autism, ataupun dikategorikan dalam ASD yang lebih mendekati pada diagnosis Asperger’s Syndrome walaupun mungkin tidak pas. Ataupun sebenarnya anak memperlihatkan ciri autisme tetapi tanpa adanya beberapa gejala autisme lainnya.

ASD (Autistic Spectrum Disorder) adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan sekumpulan kelainan dengan adanya gangguan/masalah/kelainan yang beragam pada bidang interaksi sosial, komunikasi, minat yang sangat terbatas, dan perilaku yang sangat berulang. Jadi masalah ini seperti spektrum di mana ujung yang satu terdapat autisme yang jelas (full-blown, memenuhi seluruh kriteria), dan berjalan ke ujung yang lainnya dengan masalah/kelainan/gejala yang semakin “memudar” sampai berakhir di ujung yaitu sindrom Asperger atau PDD-NOS.
Ciri yang khas pada sindrom Asperger yaitu tidak adanya keterlambatan mulainya bicara pada anak, namun terdapat gangguan/masalah pada komunikasi dan bahasa (mohon bedakan antara istilah bicara dengan bahasa).
Pada sindrom Asperger, umumnya masalah yang semakin memprihatinkan setelah anak semakin besar (mulai usia Sekolah Dasar) dimana diperlukan kemampuan bahasa yang semakin besar yang diperlukan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Multisystem Developmental Disorder (MSDD) adalah suatu istilah yang pertama kali digunakan oleh Stanley Greenspan untuk menggambarkan anak-anak yang berusia 3 tahun ke bawah yang memperlihatkan tanda-tanda gangguan komunikasi seperti autisme, tetapi dengan keterlekatan emosi yang kuat yang tidak ada pada autisme.
Istilah MSDD ini juga digunakan untuk berbagai masalah perkembangan yang lain, yaitu Cornelia de Lange syndrome, Alagille syndrome, Rubinstein-Taybi syndrome, dan Williams syndrome.
( Dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SpdI-Kompasiana.com-TCAP/VI/14). Baca artikel kami yang lainnya di www.anak-pelangi-centre.blogspot.com.