Menangis adalah salah satu bentuk komunikasi. Ketika
sang anak belum dapat berkomunikasi dengan baik, tentunya menangis adalah jalan
terbaik untuk berkomunikasi dengan orang lain apalagi ketika keinginannya tidak tersalurkan. Pada
anak spesial umumnya, awal terapi sampai kira-kira 3-4 x pertemuan pasti si
anak akan menangis, Mengapa ? karena awal terapi adalah proses adaptasi dengan lingkungan
dan orang baru ( terapis ). Selain itu menangis adalah bentuk penolakan alamiah/
penghindaran terhadap stimulus yang diberikan oleh terapis karena ia merasa
belum mampu merespon dengan baik.
Tentunya kita sebagai orangtua merasa tidak
tega jika mendengar anak menangis saat terapi sampai meraung-raung,
muntah-muntah dan prilaku lainnya yang muncul untuk meminta perhatian
orangtuanya yang ia sudah mengetahuinya bahwa selama ini kita sebagai orangtua
selalu menjadi dewa penolong. Menurut Ibu Siti Saadah, A.Md.TW dan Ibu Sri
Darmayanti, A.Md. TW selaku terapis wicara yang berpengalaman di bidangnya, jika
hal ini terjadinya maka sebaiknya kita sebagai orangtua menanyakan hal ini
kepada terapis yang bersangkutan, memberikan kepercayaan terhadap terapis,
memberikan kesempatan pada anak untuk beradaptasi dengan lingkungan dan orang
baru, jangan terburu-buru untuk mengganti terapis karena ini akan membuat anak
mulai beradaptasi lagi, tinggalkan anak jika memang tidak tega saat ia menangis.
Namun jika sudah 3 bulan anak masih menangis juga, maka hal ini perlu di
diskusikan dengan terapis yang bersangkutan untuk mendapat jalan yang terbaik
untuk si anak.
(amel/TCAP/II/2016)