twitter
rss



               Setiap orang tua pasti mendambakan perkembangan dan pertumbuhan anaknya yang sempurna. Namun demikian, sering terjadi keadaan dimana anak memperlihatkan masalah dalam perkembangan sejak usia dini. Seperti autism, delay speech, down sindrom, Asperger, pdd-nos, dan istilah-istilah lainnya.  Ketika anak telah terdiagnosa salah satu jenis gangguan tersebut di atas, tentunya reaksi pertama orangtua adalah tidak percaya, shock, sedih, kecewa, merasa bersalah, marah dan menolak. Tidak mudah bagi orangtua yang anaknya mengalami gangguan perkembangan tersebut untuk mengalami fase ini, sebelum akhirnya sampai pada tahap penerimaan (acceptance). Ada masa orangtua merenung dan tidak mengetahui tindakan tepat apa yang harus diperbuat. Tidak sedikit orangtua yang kemudian memilih tidak terbuka mengenai keadaan anaknya kepada teman, tetangga bahkan keluarga dekat sekalipun, kecuali pada dokter yang menangani anaknya tersebut.
Penerimaan orangtua sangat mempengaruhi perkembangan anak dengan gangguan dikemudian hari. Sikap orangtua yang tidak dapat menerima kenyataan bahwa anaknya memiliki gangguan akan sangat buruk dampaknya, karena hal tersebut hanya akan membuat anak merasa tidak dimengerti dan tidak diterima apa adanya serta dapat menimbulkan penolakan dari anak (resentment) dan lalu termanisfestasi dalam bentuk perilaku yang tidak diinginkan. Orang tua yang sudah dapat menerima gangguan perkembangan anaknya, dipastikan akan memberikan penanganan segera seperti menjalankan terapi yang dibutuhkan. Umumnya di beberapa klinik tumbuh kembang, intensitas terapi yang disarankan 2 x dalam seminggu tergantung dari tingkat gangguan si anak. Intensitas terapi yang telah ditentukan ini tidak akan efektif jika tanpa peranan orang tua di rumah. Menururt Sutadi, Bawazir dan Tanjung dalam buku Penatalaksanakan Holistik Autisme (2003) dikatakan bahwa secara umum ada 5 faktor yang menentukan keberhasilan terapi, yaitu : usia anak saat pertama kali ditangani secara benar dan teratur, intensitas terapi minimal 6 jam sehari atau 40 jam seminggu, berat ringannya derajat kelainan, IQ anak dan keutuhan pusat bahasa atau bicara diotak anak. Dari kelima faktor ini, 2 faktor yang pertama yang bersifat controllable artinya dapat diatur dan dikendalikan oleh para orangtua, sedangkan ketiga faktor yang lain berada diluar kendali orangtua. Selain itu orang tua juga harus dapat menjauhkan anak dari pengaruh televisi, gadget dan dwibahasa.
#dikutip dari berbagai sumber. (AS/TCAP/VII/17)

Bagi anda yang ingin menjadi terapis wicara silahkan mengikuti pendidikan di Akademi Terapi Wicara. Berikut kami sajikan informasinya :