Mengasuh anak terutama pada anak usia 2-6 tahun memerlukan mental yang
kuat sebagai orangtua. Anak yang sedang menglalami masa perkembangan otak pada
fase optimal untuk mempersiapkan anak memeroleh keterampilan awal dan
pembelajaran di sekolah sampai kehidupan dewasa nanti. Pada saat yang sama anak
mengembangkan insiatif mereka untuk mengeksplorasi dunianya, mencontoh
orang-orang terdekatnya, menjadi tahu tentang penghargaan dan hukuman yang
diterima setelah berperilaku tertentu, dan mengembangkan regulasi diri untuk
kesiapan dalam bersekolah.
Karakteristik anak usia 2-6 tahun seperti yang dipaparkan sebelumnya membuat
tantangan dan hambatan sangat mungkin terjadi sehingga pengasuhan menjadi
sebuah kondisi sulit dan dapat mengakibatkan orang tua akhirnya menjadi khawatir
dan tidak gembira. Salah satu tantangan tersulit menjadi pengasuh anak usia 2-6
tahun adalah mengetahui apa yang harus dilakukan ketika anak-anak sedang berperilaku
buruk atau tidak taat. Selain menghadapi ketidaktaatan anak, keinginan orangtua
untuk memberikan pengasuhan terbaik bagi anak juga dapat menjadi sumber stres
tersendiri baginya. Berbagai perilaku anak dan aktivitas pengasuhan
sehari-hari, dirasakan orangtua dapat mengakibatkan kelelahan dan menguras energi
psikis.
Di dalam kondisi
lelah secara psikis akibat tantangan dan hambatan yang dihadapi, orangtua
sebagai pengasuh dapat menjadi kurang peka dan cenderung reaktif dalam menghadapi
perilaku anak. Perilaku reaktif dapat ditunjukkan melalui perilaku kasar,
keras, otoriter serta menggunakan cara menghukum yang keras sebagai akibat dari
kondisi orangtua yang mengalami stress. Stres dapat diakibatkan oleh sulitnya
mengatur perilaku anak, seperti perilaku anak sering berteriak ataupun
kesulitan mengatasi anak yang terlalu banyak bertanya, dan sebagainya. Kesulitan
tersebut dapat diperburuk oleh kondisi keuangan keluarga yang kurang baik (kemiskinan)
sehingga dapat memengaruhi sumber daya emosional yang seharusnya dapat membuat
orang tua berperan dengan efektif.
Di dalam kondisi
stres, orang tua menjadi lebih menolak, lebih mengontrol, reaktif, serta kurang
hangat terhadap anak-anak mereka. Stres akan dikatakan tidak wajar ketika
stressor (dalam konteks yang muncul akibat peran orang tua dalam mengasuh anak)
dinilai telah melampaui kemampuannya untuk mengatasi sehingga individu
kehilangan sumber daya (exhausted) untuk bergerak mengatasinya atau hanya
melakukan perenungan yang tidak produktif. Stres yang terus menerus dapat
berdampak pada kesehatan fisik dan mental orang tua. Dampak lain yang dialami
adalah dapat menimbulkan kesulitan untuk memberikan pengasuhan yang efektif
terhadap anak sehingga akhirnya memengaruhi perkembangan anak. Stres pengasuhan
dapat mengubah sikap orang tua pada anak melalui perilaku mereka dalam mengasuh
anak seperti pengabaian bahkan perilaku kasar. Orang tua dapat menjadi sering
menggunakan ancaman dan menanamkan kedisiplinan pada diri anak dengan melakukan
tindak kekerasan ataupun cara-cara yang kasar. Hal-hal tersebut menunjukkan
bahwa stress pengasuhan bukan hanya berdampak terhadap anak melainkan juga
terhadap orangtua.