Mempunyai anak adalah dambaan setiap pasangan suami istri. Ada
sebagian orang yang mudah untuk mendapatkan keturunan dan ada sebagian lagi
yang harus dengan perjuangan. Ketika
pasangan suami istri sudah diberikan seorang anak, tentunya menginginkan anak
yang sehat baik secara fisik maupun mental. Namun terkadang Tuhan berkehendak
lain. Ada beberapa orang tua istimewa yang diberikan anak yang berkebutuhan
khusus (ABK). Pada awalnya, setiap orang tua yang memiliki anak bermasalah atau
berkebutuhan khusus akan bereaksi tidak percaya, shock, sedih, kecewa, merasa bersalah,
marah dan menolak. Tidak mudah bagi orangtua yang anaknya berkebutuhan khusus
untuk mengalami fase ini, sebelum akhirnya sampai pada tahap penerimaan (acceptance). Ada masa orangtua merenung
dan tidak mengetahui tindakan tepat apa yang harus diperbuat. Tidak sedikit
orangtua yang kemudian memilih tidak terbuka mengenai keadaan anaknya kepada
teman, tetangga bahkan keluarga dekat sekalipun, kecuali pada dokter yang
menangani anaknya tersebut.
Penerimaan orangtua sangat mempengaruhi perkembangan ABK
dikemudian hari. Sikap orangtua yang tidak dapat menerima kenyataan bahwa
anaknya memiliki “gangguan” akan sangat buruk dampaknya, karena hal tersebut
hanya akan membuat anak merasa tidak dimengerti dan tidak diterima apa adanya
serta dapat menimbulkan penolakan dari anak dan lalu termanisfestasi dalam
bentuk perilaku yang tidak diinginkan. Bagaimanapun ABK tetaplah seorang anak
yang membutuhkan kasih sayang, perhatian dan cinta dari orangtua, saudara dan
keluarganya.
Bentuk penerimaan orangtua dalam
penanganan ABK adalah dengan mema- hami keadaan anak apa adanya; memahami
kebiasaan-kebiasaan anak; menyadari apa yang sudah bisa dan belum bisa
dilakukan anak; membentuk ikatan batin yang kuat yang akan diperlukan dalam
kehidupan di masa depan dan mengupayakan alternatif penanganan sesuai dengan
kebutuhan anak.
Pentingnya penerimaaan orangtua
terhadap anak ABK dalam proses terapi akan sangat menentukan kemajuan proses
terapinya. Adapun bentuk peran serta orangtua dalam terapi anak ABK sangat
beragam, dari mulai mengantar ke tempat terapi, melakukan pendampingan secara
intensif, melakukan pengecekan kepada terapis, mencari informasi-informasi baru
untuk menambah wawasan sehingga dapat mela- kukan terapi dirumah, melakukan
evaluasi secara periodik (harian, mingguan, bulanan), mengikuti perkumpulan
orang tua anak ABK, serta selalu mengikuti perkembangan anak.
Terapi yang diberikan kepada
setiap anak ABK memang akan lebih efektif apabila melibatkan peran serta
orangtua secara aktif. Tujuannya agar setiap orang- tua merasa memiliki andil
atas kemajuan yang dicapai oleh
anak mereka dalam setiap fase terapi.
Dengan kata lain, orangtua tidak hanya
memasrahkan perbaikan anak mereka kepada para ahli atau terapis tetapi juga
turut menentukan tingkat perbaikan yang perlu dicapai oleh anak. Dengan demikian, akan terbentuk suatu ikatan
emosional yang lebih kuat antara orangtua dan anaknya dan hal ini diharapkan
akan mendukung perkembangan emosional
dan mental anak menjadi lebih baik dari sebelumnya.
*silahkan share artikel ini untuk berbagi wawasan baru dengan yang lain.
(TCAP/AS/III/19)