twitter
rss

Layanan Home Visit

TERAPIS WICARA HOME CARE/VISIT/TERAPI DI RUMAH

Terapi wicara merupakan terapi yang di lakukan untuk merehabilitasi ketidakmampuan fungsi bicara dan menelan agar dapat berkomunikasi dengan...



Bangga rasanya jika kita sebagai orang tua mempunyai anak yang masih balita sudah mampu membaca rangkaian huruf dalam bentuk kata atau kalimat. Kelihatannya hebaat bangeeet, masih kecil sudah bisa membaca tidak seperti anak balita kebanyakan. Secara tidak sadar kita sebagai orang tua pasti berfikir bahwa anak yang masih balita sudah lancar membaca adalah anak yang cerdas. Padahal anak yang pintar atau cerdas tidak serta-merta ditandai kemampuan calistung yang dikuasai di usia balita.

"Kebanyakan orang tua memaksa anaknya belajar membaca dan berhitung, padahal anaknya masih terlalu kecil. Lalu ketika anaknya sudah bisa membaca di usia 3 tahun, orang tua pun bangga. Padahal membaca itu tidak ada kaitannya dengan kecerdasan. Membaca itu merupakan repetisi. Ada juga orang yang bodoh tapi bisa baca," kata psikolog anak dan remaja, Ratih Zulhaqqi, dalam perbincangan dengan detikHealth dan ditulis pada Selasa (25/11/2014).

Mengarahkan anak untuk suka membaca memang baik tanpa adanya pemaksaan, serta harus dilihat dulu si anak minat atau tidak. Karena jika si anak tidak ada minat membaca dan dipaksakan maka anak akan menjadi stress dan tertekan. Ingat, pada saatnya nanti anak akan punya kesiapan sendiri untuk mempelajari hal-hal itu.

"Setiap anak itu berbeda, meskipun mereka lahir dari orang tua yang sama. Mungkin kakak-kakaknya bisa masuk SD umur 4 tahun. Lalu kuliah umur 15 tahun, S2 umur 20 tahun. Tapi bisa jadi adiknya tidak seperti itu. Kalau menemukan yang seperti ini, orang tua jangan lalu marah. Kalau usianya belum mencukupi, masih ingin bermain, biarkan bermain dulu," papar Ratih.

Konflik orang tua dengan anak kerap kali muncul akibat anak terlalu difokuskan pada akademis terus-menerus. Misalnya saja anak dimasukkan ke sekolah full day yang mana lebih banyak belajar di dalam kelas ketimbang waktu bermain.

"Apalagi ditambah les ini itu seperti les berhitung, les bahasa ini itu, yang akhirnya waktu bermain anak jadi sangat berkurang. Sukses itu nggak semata-mata dilihat dari sukses akademis lho," ucap Ratih.

sumber : detikhealth/TCAP/VI/15


Jangan lupa “Like” Fanpage Anakpelangi

 

0 comments :